Beberapa tahun yang lalu saya masih tinggal di Dinoyo Malang, suatu kampung yang padat penduduk dimana hubungan antar tetangga sangat akrab, dekat, saling membantu.
Satu ketika saya dapat giliran jaga malam, yang untungnya pas hari sabtu malam.
Malam itu ada 3 orang yang giliran jaga, pak Haji Mahmudin, masih muda bilangan 35 tahun, orang baik, murah senyum, saya selalu sungkan kalau ketemu orang ini di jalan, karena dari jauh senyumnya sudah mengembang dan tangannya sudah siap stand by untuk bersalaman. Genggamannya erat dan hangat. Benar benar manusia yang baik dan menyenangkan.
Orang kedua adalah pak Jarman alias pak Jerman Hitler. Terus terang saya ngeri dengan orang ini. Umur sekitar 45-an, pendiam, wajahnya mirip Danny Trejo, aktor film keturunan Meksiko yang berwajah garang. Pak Jarman ini menurut orang orang adalah mantan preman, entah mantan atau bukan tidak jelas, katanya pernah membunuh orang, tinggi besar tubuhnya penuh tato, ada codet menyilang di mata dari dahi sampai ke pipi. Pandangan matanya tajam membuat semua orang takut kalau bersua di jalan dengannya. Saya mendingan belok kalau bertemu di gang tikus atau memilih putar balik. Kampung Dinoyo ini banyak memiliki jalan tikus mulai dari lebar 2m sampai 50 cm yang cuma bisa dilewati satu orang.
Saya sebenarnya malas harus jaga malam itu karena ada pak Jarman ini, tapi saya kasihan dengan pak Mahmudin, pasti dia bakal sport jantung semalaman. Yo wis lah saya kuat kuatin aja jaga malam itu.